Bandara Internasional Dhoho Kediri (DHX): Gerbang Baru Jawa Timur ke Dunia
Bandara Internasional Dhoho Kediri (DHX) membuka akses internasional baru di Jawa Timur, mendorong ekonomi, pariwisata, dan konektivitas global.
Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi daerah sangat bergantung pada infrastruktur yang mendukung konektivitas. Dalam konteks Jawa Timur, pembangunan Bandara Internasional Dhoho Kediri (DHX) merupakan langkah besar yang bukan hanya berfungsi sebagai jalur transportasi udara, tetapi juga simbol penguatan potensi wilayah barat dan selatan provinsi ini. Bandara DHX tidak hanya sekadar proyek transportasi, tetapi juga motor penggerak pembangunan kawasan.
Dengan lokasi strategis dan berbagai fasilitas modern, DHX dirancang untuk melayani rute domestik dan internasional. Lantas, seperti apa latar belakang, potensi, manfaat, dan tantangan dari kehadiran Bandara Internasional Dhoho Kediri ini? Artikel ini akan mengulas secara mendalam dari berbagai perspektif: geografis, ekonomi, sosial, hingga dampaknya terhadap pariwisata dan dunia usaha.
Latar Belakang Pembangunan Bandara Internasional Dhoho Kediri
Meningkatkan Aksesibilitas Wilayah Selatan Jawa Timur
Sebelum adanya DHX, wilayah selatan dan barat Jawa Timur seperti Kediri, Tulungagung, Blitar, dan Trenggalek bergantung pada Bandara Juanda di Surabaya atau bandara kecil di Malang. Jarak tempuh yang memakan waktu hingga 3–5 jam membuat akses udara menjadi tidak efisien.
Pembangunan Bandara Internasional Dhoho Kediri menjadi solusi strategis atas keterbatasan akses tersebut. Letaknya di Kecamatan Grogol, Kediri, menjadikannya ideal sebagai bandara utama yang melayani wilayah Mataraman.
Proyek Swasta Terbesar di Sektor Bandara
Yang membuat DHX menarik adalah fakta bahwa pembangunan bandara ini dilakukan oleh swasta, yaitu PT Surya Dhoho Investama, anak usaha PT Gudang Garam Tbk. Ini adalah proyek bandara pertama di Indonesia yang sepenuhnya dibangun oleh pihak swasta, termasuk penyediaan lahan, pembangunan fisik, dan pengelolaan awal.
Proyek ini menunjukkan bahwa keterlibatan sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur dapat mempercepat pemerataan pembangunan nasional.
Spesifikasi Teknis dan Kapasitas Bandara DHX
Luas dan Infrastruktur
Bandara DHX dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 300 hektare. Fasilitas utama meliputi:
- Landasan pacu (runway) sepanjang 3.300 meter yang mampu didarati pesawat berbadan lebar seperti Boeing 777 dan Airbus A330.
- Terminal penumpang modern berkapasitas awal 1,5 juta penumpang per tahun.
- Apron seluas 45.000 m² yang dapat menampung 8 pesawat narrow body secara bersamaan.
- Fasilitas kargo dan terminal logistik untuk mendukung perdagangan regional.
Potensi Pengembangan Tahap Selanjutnya
Pihak pengelola telah merencanakan pengembangan jangka panjang. Kapasitas bandara ditargetkan dapat ditingkatkan hingga 10 juta penumpang per tahun dalam 20 tahun ke depan. Landasan pacu pun dirancang untuk diperpanjang hingga 3.600 meter.
Manfaat Ekonomi Bandara Internasional Dhoho Kediri
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal
Dengan kehadiran DHX, berbagai sektor di Kediri dan sekitarnya diprediksi akan mengalami pertumbuhan, seperti:
- UMKM dan industri rumahan: peningkatan kunjungan wisatawan dan mobilitas membuka pasar baru bagi produk lokal.
- Sektor pertanian dan hasil bumi: mempermudah distribusi hasil pertanian ke luar daerah, bahkan ke luar negeri.
- Tenaga kerja: menciptakan ribuan lapangan kerja langsung dan tidak langsung.
Investasi dan Kawasan Ekonomi Baru
Bandara DHX menjadi magnet bagi investor. Sejak peresmian tahap awal, telah muncul rencana pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK), pusat logistik, dan kawasan perhotelan. Kediri dan sekitarnya berpotensi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Timur bagian barat.
Dampak Sosial dan Perubahan Lanskap Kota Kediri
Urbanisasi dan Perluasan Wilayah Perkotaan
Pembangunan bandara memicu urbanisasi. Wilayah Grogol yang sebelumnya dikenal sebagai kawasan pedesaan, kini mengalami transformasi menjadi kawasan perkotaan baru. Hal ini ditandai dengan:
- Peningkatan nilai tanah dan properti
- Munculnya pusat perbelanjaan, kafe, dan hotel
- Perpindahan penduduk dan munculnya permukiman baru
Tantangan Sosial: Relokasi dan Adaptasi
Namun, perubahan ini juga membawa tantangan sosial. Relokasi warga terdampak pembangunan sempat menjadi isu sensitif. Pemerintah daerah dan pengembang telah berupaya melakukan pendekatan humanis dengan memberi kompensasi layak dan program pendampingan sosial.
Pengaruh Terhadap Pariwisata Jawa Timur
Menjadikan Kediri Sebagai Destinasi Baru
Kediri selama ini belum menjadi tujuan utama wisatawan, kalah pamor dibanding Malang, Batu, atau Banyuwangi. Namun dengan DHX, Kediri kini siap menjadi destinasi wisata baru. Beberapa daya tarik Kediri yang potensial untuk dikembangkan:
- Gunung Kelud
- Air Terjun Dolo dan Irenggolo
- Kampung Inggris di Pare
- Candi Tegowangi dan Candi Surowono
- Wisata religi Makam Sunan Kediri
Menghubungkan Wisata Selatan Jawa Timur
Bandara DHX juga membuka jalur cepat ke daerah wisata selatan Jawa Timur seperti:
- Pantai Prigi dan Pantai Popoh (Tulungagung & Trenggalek)
- Kawasan wisata Blitar (Makam Bung Karno, Pantai Tambakrejo)
- Jalur pegunungan dan agro wisata
Rute Penerbangan dan Maskapai
Rute Domestik
Saat tahap awal operasi, Bandara Internasional Dhoho Kediri melayani beberapa rute domestik strategis, seperti:
- Kediri – Jakarta (Soekarno-Hatta dan Halim)
- Kediri – Bali (Denpasar)
- Kediri – Makassar
- Kediri – Banjarmasin
Maskapai yang telah beroperasi antara lain Garuda Indonesia, Citilink, Batik Air, dan Lion Air.
Potensi Rute Internasional
Sebagai bandara bertaraf internasional, DHX telah memiliki fasilitas imigrasi dan bea cukai. Dalam waktu dekat, rute internasional ke negara tetangga seperti Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok direncanakan akan dibuka.
Strategi Pengembangan Ke Depan
Dukungan Pemerintah dan Konektivitas Darat
Untuk mendukung operasional DHX, pemerintah pusat dan daerah berkomitmen membangun infrastruktur pendukung:
- Jalan tol Kediri – Tulungagung – Blitar (sebagai akses cepat ke bandara)
- Jalan penghubung antar kabupaten
- Transportasi publik menuju terminal bandara (shuttle, bus, taksi online)
Smart Airport dan Digitalisasi
Bandara Internasional Dhoho Kediri dikembangkan dengan prinsip smart airport. Beberapa teknologi yang akan diimplementasikan:
- E-boarding pass dan check-in mandiri
- Layanan informasi berbasis aplikasi
- Kamera AI untuk keamanan
- Sistem pemantauan bagasi otomatis
Tantangan dan Kritik Pembangunan DHX
Isu Lingkungan
Sebagian aktivis lingkungan menyoroti dampak pembangunan bandara terhadap ekosistem setempat, seperti alih fungsi lahan pertanian dan risiko banjir. Oleh karena itu, aspek AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) menjadi perhatian utama dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek ini.
Konektivitas dan Keseimbangan Wilayah
Pemerataan manfaat ke seluruh masyarakat menjadi tantangan tersendiri. Jangan sampai hanya kawasan sekitar bandara yang mengalami kemajuan, sementara daerah lain tetap tertinggal. Diperlukan strategi pembangunan terpadu antar daerah.
Testimoni dan Respons Masyarakat
Masyarakat Kediri: Antusiasme dan Harapan
Sebagian besar masyarakat Kediri menyambut hangat pembangunan DHX. Mereka menilai bandara ini akan membawa Kediri ke “level baru” dalam peta nasional dan internasional.
“Saya tidak menyangka Kediri akan punya bandara internasional. Ini sangat membantu keluarga kami yang sering bepergian ke Jakarta dan Bali,” – Heru, warga Pare.
Pandangan Dunia Usaha
Pelaku UMKM dan industri lokal juga menyambut positif.
“Sekarang produk kami lebih mudah dikirim ke luar daerah bahkan luar negeri. Dulu pengiriman via Surabaya sangat merepotkan,” – Lilis, pengusaha batik Kediri.
Bandara Dhoho Kediri milik siapa?
Bandara Dhoho Kediri (IATA: DHX) dimiliki oleh PT Surya Dhoho Investama, yang merupakan anak perusahaan dari PT Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam Tbk.
Secara struktural, skema kepemilikannya adalah sebagai berikut:
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) — perusahaan rokok besar di Indonesia — memiliki hampir seluruh saham (99,99 %) di PT Surya Dhoho Investama (SDHI)
SDHI bertanggung jawab atas pembangunan dan pendanaan bandara melalui skema KPBU unsollicited, menjadikannya proyek bandara pertama di Indonesia yang sepenuhnya dibiayai oleh dana swasta.
Meskipun dimiliki oleh swasta, pengelolaan operasional Bandara Dhoho Kediri dipercayakan kepada InJourney Airports, anak perusahaan PT Angkasa Pura I.
Kapan bandara Dhoho Kediri mulai beroperasi?
Bandara Internasional Dhoho Kediri (DHX) mulai efektif beroperasi secara komersial pada 5 April 2024, ditandai dengan penerbangan perdana Citilink rute Jakarta–Kediri/Jakarta–DHX pada hari itu.
Namun, secara administratif dan operasional, PT Angkasa Pura I (melalui InJourney Airports) sudah memulai pengelolaan bandara tersebut sejak 29 Maret 2023, berdasarkan skema kerja sama operasional dengan pemilik swasta, PT Surya Dhoho Investama.
Ringkasan
- Operasional teknis & pengelolaan: sejak 29 Maret 2023 oleh PT Angkasa Pura I.
- Operasional komersial: dimulai 5 April 2024 dengan penerbangan penumpang reguler.
- Peresmian resmi diresmikan 18 Oktober 2024 oleh pemerintah.
Apakah bandara Dhoho Kediri internasional?
Bandara Dhoho Kediri (IATA: DHX, ICAO: WARD) secara resmi berstatus sebagai Bandara Internasional, karena telah dilengkapi fasilitas imigrasi dan bea cukai yang memungkinkan pelaksanaan penerbangan internasional.
Namun, hingga saat ini:
Segala penerbangan yang telah terlayani hingga 2025 semuanya merupakan rute domestik, seperti Kediri–Jakarta (Citilink), Kediri–Bali, Kediri–Makassar, Kediri–Banjarmasin, dan Kediri–Balikpapan dioperasikan oleh maskapai Batik Air dan Super Air Jet.
Rencana awal Bandara Dhoho Kediri termasuk membuka rute internasional seperti Kediri–Jeddah untuk jamaah haji dan umrah, namun hingga pertengahan 2025 belum terealisasi secara permanen.
Kesimpulan
Pembangunan Bandara Internasional Dhoho Kediri (DHX) adalah langkah strategis dalam membuka aksesibilitas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di wilayah barat dan selatan Jawa Timur. Kehadirannya bukan hanya mendekatkan jarak fisik antar daerah dan negara, tetapi juga membuka peluang ekonomi, sosial, dan budaya yang lebih luas.
Namun, tantangan seperti pelestarian lingkungan, pemerataan manfaat, dan kesiapan infrastruktur pendukung harus dikelola dengan bijak. Dengan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, Bandara DHX dapat menjadi contoh sukses bagaimana infrastruktur modern dapat mengangkat potensi lokal menuju panggung global.

